10 Alasan Anak Dibawah Umur Dilarang Facebookan
Ada asap pasti ada api. Ada pula sebab mengapa pengguna Facebook harus berusia 13 tahun ke atas. Berikut 10 alasan mengapa anak dibawah umur dilarang Facebookan, seperti dikutip dari All Facebook Sabtu (23/03/13).
1. Bullying
Jangankan anak-anak, orang dewasa pun mengaku takut kena bully. Ahmad Dhani mengamininya. Tatkala jadi juri di X Factor Indonesia ia mengatakan jika kena bully itu linu. Efeknya mungkin bisa berlipat-lipat jika terjadi pada anak.
2. Konten
Facebook tak miliki filter yang aman terkait konten. Untuk gambar pornografi saja, mereka pernah salah sensor. Apalagi jika terkait dengan non image. Teks misalnya. Ini menjadi soal jika dikonsumsi anak-anak. Jika hanya sekadar dibaca atau dilihat tak menjadi soal. Jika coba-coba?
3. Predator online
Sejatinya ulah predator ini tak hanya di Facebook saja, dimana-mana ada sosok jahat tersebut. Namun yang perlu diperhatikan di sini bukan siapa, tapi apa yang akan predator itu lakukan. Bisa saja hanya aksi pencurian identitas. Namun bila lebih parah? Misalnya penculikan hingga kekerasan seksual.
4. Tak diizinkan
Secara ‘hukum’ Facebook, anak-anak memang tak diizinkan mendaftar. Liat TOS Facebook soal itu. Namun mengapa mereka tetap bisa Facebookan? Ada dua kemungkinan: anak-anak memalsukan umur atau orangtua mereka membantu proses pendaftaran. Jadi Anda sebagai orangtua jangan ngeyel.
5. Luar ruangan
Sangat dianjurkan jika anak-anak lebih mengahabiskan waktunya di luar ruangan. Bermain bola, kasti, basket, atau hanya sekadar lari-lari di taman. Beri smartphone ke anak biar mereka bisa tetap Facebookan di luar rumah? Itu terlalu dini. Facebookan hanya menambah waktu anak di depan ‘layar’ setelah televisi.
6. Lebih baik untuk belajar
Jika memang sudah miliki akun dan kecanduan, bisa dipastikan anak-anak akan malas belajar. Daripada syahwat online digunakan untuk FB-an, lebih baik untuk belajar. Misalnya mencari tugas atau PR sekolah, atau melihat video-video sejarah, edukasi, apapun itu di Youtube.
7. Ancaman malware
Orang dewasa mungkin bisa dengan mudah mengenali ancaman ini. Jika anak-anak, tunggu dulu. Mereka pasti akan menklik tautan yang menawarkan iming-iming menggiurkan. Padahal dari tautan tersebut membawa sejuta petaka.
8. Mudah menghakimi
Anak-anak belum akil balik. Mereka terbiasa bertindak (berbicara) sebelum berfikir. Jika melihat konten di Facebook yang seharusnya tidak seperti apa yang ia fikirkan, bisa berakibat buruk. Mereka akan mudah menghakimi yang sejatinya belum mengerti apa yang sedang mereka lihat, baca, atau tonton.
9. Sulit diorganisir
Ini terjadi jika teralu banyak teman. Anak-anak mungkin senang dengan banyak teman. Mereka bisa saja akan add user tak dikenal secara brutal. Imbasnya news feed mereka akan dijejali dengan orang-orang yang sejatinya tak mereka kenal 100%. Ini berbahaya.
10. Sukar dipantau
Ini bagi kalangan orangtua. Memantau anak di FB dan di dunia nyata sangat beda. Di dunia real, tinggal memasang mata ke mana pun anak bermain. Di Facebook lumayan sukar. Selain sukar juga memakan waktu. Anda harus melototin semua postingan atau komentar yang ditulis sang buah hati. Pun juga Anda harus mencermati satu demi satu siapa teman yang telah ditambahkan. Ribet bukan?
1. Bullying
Jangankan anak-anak, orang dewasa pun mengaku takut kena bully. Ahmad Dhani mengamininya. Tatkala jadi juri di X Factor Indonesia ia mengatakan jika kena bully itu linu. Efeknya mungkin bisa berlipat-lipat jika terjadi pada anak.
2. Konten
Facebook tak miliki filter yang aman terkait konten. Untuk gambar pornografi saja, mereka pernah salah sensor. Apalagi jika terkait dengan non image. Teks misalnya. Ini menjadi soal jika dikonsumsi anak-anak. Jika hanya sekadar dibaca atau dilihat tak menjadi soal. Jika coba-coba?
3. Predator online
Sejatinya ulah predator ini tak hanya di Facebook saja, dimana-mana ada sosok jahat tersebut. Namun yang perlu diperhatikan di sini bukan siapa, tapi apa yang akan predator itu lakukan. Bisa saja hanya aksi pencurian identitas. Namun bila lebih parah? Misalnya penculikan hingga kekerasan seksual.
4. Tak diizinkan
Secara ‘hukum’ Facebook, anak-anak memang tak diizinkan mendaftar. Liat TOS Facebook soal itu. Namun mengapa mereka tetap bisa Facebookan? Ada dua kemungkinan: anak-anak memalsukan umur atau orangtua mereka membantu proses pendaftaran. Jadi Anda sebagai orangtua jangan ngeyel.
5. Luar ruangan
Sangat dianjurkan jika anak-anak lebih mengahabiskan waktunya di luar ruangan. Bermain bola, kasti, basket, atau hanya sekadar lari-lari di taman. Beri smartphone ke anak biar mereka bisa tetap Facebookan di luar rumah? Itu terlalu dini. Facebookan hanya menambah waktu anak di depan ‘layar’ setelah televisi.
6. Lebih baik untuk belajar
Jika memang sudah miliki akun dan kecanduan, bisa dipastikan anak-anak akan malas belajar. Daripada syahwat online digunakan untuk FB-an, lebih baik untuk belajar. Misalnya mencari tugas atau PR sekolah, atau melihat video-video sejarah, edukasi, apapun itu di Youtube.
7. Ancaman malware
Orang dewasa mungkin bisa dengan mudah mengenali ancaman ini. Jika anak-anak, tunggu dulu. Mereka pasti akan menklik tautan yang menawarkan iming-iming menggiurkan. Padahal dari tautan tersebut membawa sejuta petaka.
8. Mudah menghakimi
Anak-anak belum akil balik. Mereka terbiasa bertindak (berbicara) sebelum berfikir. Jika melihat konten di Facebook yang seharusnya tidak seperti apa yang ia fikirkan, bisa berakibat buruk. Mereka akan mudah menghakimi yang sejatinya belum mengerti apa yang sedang mereka lihat, baca, atau tonton.
9. Sulit diorganisir
Ini terjadi jika teralu banyak teman. Anak-anak mungkin senang dengan banyak teman. Mereka bisa saja akan add user tak dikenal secara brutal. Imbasnya news feed mereka akan dijejali dengan orang-orang yang sejatinya tak mereka kenal 100%. Ini berbahaya.
10. Sukar dipantau
Ini bagi kalangan orangtua. Memantau anak di FB dan di dunia nyata sangat beda. Di dunia real, tinggal memasang mata ke mana pun anak bermain. Di Facebook lumayan sukar. Selain sukar juga memakan waktu. Anda harus melototin semua postingan atau komentar yang ditulis sang buah hati. Pun juga Anda harus mencermati satu demi satu siapa teman yang telah ditambahkan. Ribet bukan?
0 komentar:
Posting Komentar